Kamis, 15 Januari 2009

UNICEF: Anime Adalah Racun Dunia


Artikel ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan The Changcuters atau sejenisnya. Kali ini adalah ulah UNICEF (yang didukung sejumlah pihak lainnya) untuk mendorong pelarangan loli.

Sebelumnya, KAORI pernah menulis laporan mengenai usaha UNICEF dan sejumlah pihak lainnya untuk melarang lolicon. Kali ini, dalam konferensi laporan dari Konferensi Dunia Melawan Kejahatan Seksual Pada Anak di Rio de Janeiro, Brazil, UNICEF membahas mengenai lolicon di Jepang.

Adalah Dr. Ethel Quayle, seorang dosen dari Universitas Cork (Irlandia), yang berbicara vokal mengenai hal ini.

Di UK, pornografi anak adalah ilegal. Saat ini, Jepang memiliki regulasi terhadap pornografi anak. Namun sayangnya, mereka tidak menyensor anime dan manga. Akibatnya, gambar bermasalah pun muncul di dunia ini.

Qualye adalah salah seorang aktivis hak-hak anak, yang merupakan salah satu tokoh penting di UNICEF karena pergerakannya dalam melawan pornografi anak.

Dalam kaitannya dengan isu pornografi anak, Jepang memutuskan mengkaji dampak lolicon selama tiga tahun ke depan. Meski, sudah banyak petisi yang meminta agar dilakukan pelarangan terhadap lolicon sesegera mungkin.

KAORI News Online pernah membahas isu otaku yang "dekat dengan selangkangan" karena tabiat mereka yang menyukai lolicon.

Walau tidak ada korelasi langsung antara lolicon fetish dengan kasus pornografi anak, namun hal ini dapat mendorong anggapan yang semakin negatif mengenai lolicon maupun otaku.

Sehingga, nantinya akan timbul cap pedofilia pada otaku. Semoga hal ini tidak terjadi.

Lalu, bagaimana dampaknya dengan akses konten lolicon? Sepertinya tidak akan terpengaruh, selama regulasi yang kuat belum dijalankan. Dan di Indonesia, hal ini belum menjadi isu utama (ketika politikus masih sibuk mengurus definisi "pornografi", selama itu pula lolicon tidak akan pernah dibicarakan di Indonesia.)

Oleh Shin Muhammad | Sumber ANN | Tim Litbang news KAORI | KAORI News Online

Tidak ada komentar: